Kalanari: Sebuah Proses Kreatif dan Sekumpulan Manusia Kreatif

Refleksi Tita Dian Wulansari untuk Empat Tahun Kalanari 

Kali ini saya akan lebih banyak bicara pada ranah perasaan atas pengalaman saya bersama Kalanari Theatre Movement.

Tita Dian Wulansari dalam Topeng Ruwat, TMII, 27 Oktober 2012 | Foto: Ari Gunawan

Bagi saya, adalah sebuah keberuntungan bisa bergabung dalam Kalanari. Keberuntungan, dan berlanjut sebagai sebuah hasrat untuk terus terlibat setelah beberapa kali berproses bersama Kalanari. Kenyamanan dan ketidaknyamanan pasti hadir dalam sebuah proses, tetapi kenyamanan dan ketidaknyamanan yang produktif yang membuat saya mau dan selalu mau terlibat dalam proses Kalanari. Walaupun tidak selalu bisa terlibat, he-he-he....

Kenyamanan berasal dari proses pencarian bersama yang terang. Terang dalam artian, dasar pencariannya jelas, masuk akal, terstruktur dan mendorong antusias untuk mencari karena saya menjadi punya gambaran bahwa yang akan terwujud ini adalah "bagus", maka bisa dibilang, pencarian yang saya lakukan akan berujung baik.

Di sisi lain saya merasa bisa mengetahui secara garis besar apa yang menjadi harapan atau cita-cita atau karep dari yang saat itu sedang punya karep, walau memang tidak selalu mudah untuk mengikuti atau mewujudkan karep itu. Justru saya merasa di situlah tantangan besar bagi saya sebagai seorang aktor.

Kenyamanan yang lain adalah, sebagai seorang aktor saya merasa dipahami (dikenali potensinya). Hal ini membuat saya (dan semua yang terlibat) ditempatkan pada peran dan posisi yang pas, dan membuat setiap orang yang terlibat, nampak cemerlang. Saya pernah membahas hal ini dengan seorang teman (yang tidak perlu disebutkan namanya). Dia mengamini hal ini, tetapi di satu sisi baginya hal ini bisa berbahaya bagi peningkatan kapasitas si aktor. Dalam artian jika melulu ditempatkan pada tempat yang "aman" maka si aktor tidak akan berkembang.

Hmm..., ya, bisa dilihat demikian. Tetapi bagi saya yang terlibat dalam proses Kalanari merasa itu adalah tanggung jawab si aktor untuk terus meningkatkan kapasitas dirinya sendiri sehingga dia semakin melebarkan atau meluaskan peran dan posisinya. Dan, selama kurang-lebih 4 (empat) kali saya terlibat dalam garapan bersama Kalanari, saya merasa selalu tertantang dan berusaha melebarkan dan meluaskan kapasitas saya sebagai aktor. Terima kasih untuk itu.

Sebagai sebuah komunitas, saya tidak bisa bicara banyak karena bisa dibilang saya hanya terlibat pada sisi proses kreatifnya. Tetapi saya bisa mengatakan, berdasarkan pemandangan saya dari jarak jauh, Kalanari memilki usaha yang besar terhadap keinginan untuk menjangkau/meluaskan jejaring dan membuka akses pertukaran pengetahuan atas teater, seni dan budaya, melalui berbagai kegiatan yang mereka inisiasi, yang sayangnya, jarang bisa saya ikuti (menyedihkan). Yang saya sebutkan di atas adalah salah satu bukti Kalanari berisi orang-orang yang kreatif dengan perjalanan yang sederhana, he-he-he....

Bicara tentang Kalanari, bagi saya tidak bisa lepas dari satu sosok yang bisa dibilang sebagai salah satu motor dari Kalanari, yaitu Mas Ibed. Tetapi saya tidak akan membicarakan dirinya sebagai sosok tunggal di balik kecemerlangan garapan Kalanari, saya lebih menyoroti dirinya dari sisi kemampuannya dalam memfasilitasi proses (plus aktornya), kemampuannya dalam mengkomunikasikan apa yang ada dalam kepalanya, kemampuannya merajut perca-perca dan "keunikan" imajinasinya untuk sebuah garapan. Tentu saja semua kemampuan dan kecemerlangannya itu mampu mewujud karena ada sosok-sosok di sekitarnya, satu di antaranya adalah aktornya (saya salah satunya, eheeem…). Tanpa aktor yang mampu menerjemahkan dan mewujudkan keunikan imajinasinya, kecemerlangannya hanya akan sampai batas abstraksi yang imajinatif.

Hal lain yang ingin saya sampaikan lewat tulisan ini adalah perihal kenyamanan yang berasal dari hubungan personal antar personil yang terlibat di Kalanari. Yaaa…, ini perihal yang sangat halus, he-he-he.... Entah kenapa, walaupun saya sudah lama tidak terlibat atau berkomunikasi dengan teman-teman di Kalanari, tetapi begitu bergabung lagi, saya tidak merasa canggung atau khawatir atau rasa-rasa tidak nyaman lainnya. Tapi, entah bagaimana perasaan mereka terhadap saya. Mungkin saya saja yang merasa demikian, ha-ha-ha....

Hal terakhir yang ingin saya sampaikan adalah harapan untuk Kalanari memiliki mimpi besar dengan perjalanannya yang sederhana. Saya sendiri belum tahu apa itu mimpi besar, tetapi hal ini kuat muncul dalam benak saya ketika menuliskan hal ini. Dan semoga saya bisa menjadi bagian dari mimpi besar tersebut.

Terima kasih untuk segala memar, goresan, daki di badan, kepusingan, rasa nyaman, rasa nagih dan tak lupa rasa kenyang, hi-hi-hi.... Sekali lagi terima kasih.

0 komentar