In Situ #1: Permata

Foto & desain: Ibed
Bekas Bioskop Permata
Pertigaan Purwokinanti, Pakualaman
(Jl. Sultan Agung & Jl. Gajah Mada)
Minggu – Selasa
23 – 25 Agustus 2015
20.00 WIB 

GRATIS!

Penonton terbatas 250 orang 
Reservasi: 087839911251 (Jamal)

In Situ merupakan sebuah pergerakan budaya oleh Kalanari Theatre Movement, berupa proyek pertunjukan yang berdasar pada teks-teks dari ruang di mana pertunjukan digelar. Para kreator masuk ke sebuah ruang yang akan digunakan tempat pertunjukan, menggali berbagai narasi tentang ruang itu: sejarah, mitos, cerita, berita, isu, dan sebagainya. Kreator merajut narasi-narasi itu dengan narasi dari sejarah dan pengalaman tubuhnya, impresi dan emosi terhadap ruang itu, lalu mempresentasikannya dalam pertunjukan secara kolaboratif.

Istilah in situ (/ɪn ‘sɪtjuː/ atau /ɪn ‘saɪtʃuː/) merupakan frasa Latin yang harfiahnya bisa diterjemahkan sebagai ‘dalam posisi’, ‘di tempat’, ‘on site’. Istilah ini digunakan oleh berbagai bidang. Dalam arkeologi, misalnya, dipakai untuk menyebut artefak yang masih berada di tempat penemuannya. Pada dunia seni, istilah ini biasanya jadi sinonim dari site-specific arts.

Desain: FKY XXVII
Pada kesempatan FKY XXVII - 2015 kali ini Kalanari Theatre Movement melakukan proyek In Situ #1 di bangunan bekas Bioskop Permata, salah satu bioskop tua legendaris di Jogja, dibangun pada 1946 dan berhenti beroperasi pada 2010. Pertunjukan proyek ini diberi tajuk In Situ #1: Permata, yang mencoba menginterpretasi narasi-narasi saat masa jaya bisokop ini dari sisi tontonan dan penonton. Bioskop Permata sebagai ruang pertemuan sinema dengan penonton penuh dengan narasi menarik yang di masa kini sering menjadi romantisme generasi masanya. Narasi-narasi dari ruang masa jaya itu dibenturkan dengan narasi-narasi – yang hampir bisu – di masa kini (bekas) bioskop ini. Ini adalah benturan kontras antara yang gemilang dengan yang suram, yang bergelora dengan yang kesepian, gengsi puncak kuasa dengan post-power syndrome

Alur utama In Situ #1: Permata berkisar pada tokoh bernama Permata, seorang perempuan yang pernah menjadi primadona pada masa 70-an dan 80-an. Pada masa itu ia adalah bintang film, perempuan panggilan kelas elit dan praktisi klenik, dengan berjibun penggemar “berani mati” dari seantero negeri. Kini, Permata sendiri, renta, dengan post-power syndrome yang akut, nyaris seperti zombi. Tapi siapa yang bisa menampik kalau ia masih meyimpan kecantikan?

Kerabat Kerja
Performer: Andika Ananda, Dayu Prismawati, Gandez Sholeekah, M Dinu Imansyah, Mathori Brilyan, Okta Firmansyah, Tita Dian Wulansari, The Curious (Essa Solomon, Alan Baharani, Samuel Sitohang, Ruben Betarushi, Lukius Arifin), Penata Rias dan Kostum: Dani Brain, Penata Cahaya: Eko Sulkan, Manajer Produksi: Dina Triastuti, Manajer Panggung: Miftakul Efendi, Sutradara: Ibed Surgana Yuga.

0 komentar